Dalam rangka
menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang dunia anak, mahasiswa semester III
prodi PIAUD IPMAFA mengadakan kunjungan belajar
ke beberapa tempat di Jogjakarta.
Kegiatan yang dilakukan mulai tanggal 18 - 19 November 2018 ini diadakan
di dua tempat. Pertama di Pantai Parangtritis
yang diisi dengan kegiatan Outbound kemudian
dilanjut dengan “Sarasehan Berkisah” bersama kak Ari dan kak Sarmidi dari Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia
(PPMI) dengan tema "Mendidik Generasi Berkah Dengan Metode Berkisah"
di Pendopo Joglo Parangtritis, Bantul Yogyakarta.
"Kita sangat paham bahwa
semua kalangan tidak lepas dari kegiatan komunikasi, diantara bentuk komunikasi
yang sangat digemari adalah mendongeng atau bercerita khususnya anak-anak.
Nasib kondisi suatu bangsa sangat bergantung kepada cerita atau kisah yang ada
di bangsa tersebut." Terang kak Ali Prabowo selaku pemateri sarasehan (18/11).
Modal cerita adalah mulut dan suara. Adapun unsur cerita ada enam yaitu judul, narasi, tokoh, dialog,
ekspresi dan gerak, dan pesan. Selain
mendengarkan materi, para peserta juga diminta untuk praktek langsung, bermain
peran dengan mencoba menjadi pencerita.
Kegiatan yang kedua (19/11) adalah
berkunjung ke Sekolah Khusus Autis (SKA) Bina Anggita Yogyakarta. Di SKA Bina Anggita
mahasiswa diajak untuk menyelami dunia pendidikan anak-anak autis serta
cara-cara menanganinya. Kegiatan yang dilakukan di SKA Bina Anggita Yogyakarta
adalah seminar bersama bapak M. Yasin, M.Pd selaku pendiri dan guru SKA Bina Anggita
serta berkeliling ke lembaga untuk melakukan observasi ke kelas-kelas.
Ibu Kustri selaku guru di SKA Bina
Anggita menjelaskan bahwa anak autis itu sarafnya yang kena, anak tersebut
tidak tuna netra tapi tidak mau melihat, tidak tuna rungu tapi tidak mau
mendengar. Dan sebenarnya secara medis untuk menangani anak autis itu lebih
cocok dengan terapi, akan tetapi untuk terapi prosesnya harus panjang dan hanya
bisa dilakukan oleh terapis. Jika di sekolah seperti ini yang diorientasikan adalah
ke pembelajaran, jadi aktivitas-aktivitas yang merangsang kemampuan motorik
baik motorik halus dan juga motorik kasar yang diajarkan. Adapun yang
diutamakan dalam SKA Bina Anggita adalah perilaku, para guru menanamkan perilaku
yang baik melalui kontak mata secara langsung dan menunjukkan mana yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Sebagai contoh ekpresi saat senang maka ekspresi wajah guru harus senang dan
tersenyum.
“Selain itu setiap anak di SKA Bina
Anggita ini ditangani oleh satu guru secara khusus agar anak tersebut merasa
nyaman dan terlindungi secara penuh" tambahan dari Bunda Tari guru SKA Bina
Anggita Yogyakarta.
(Supariyati III B)
0 Comments